Rabu, 10 Oktober 2012

DEPRESI

DI SUSUN OLEH
DONISIUS
11010


BAB I
PENDAHULUAN
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.





BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19).

Proses Terjadinya Masalah
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh,A faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi  biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

Rentang Respon Emosional
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :
Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.

Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu :
Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.
Mania/Depresi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.

Patopsikologi
Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang, emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun eksternal.
Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya.
Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel, tidak dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk iri sendiri lebih besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.
Perbandingan yang Tidak Adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi
Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004).

Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis adalah :
Kematian orang yang dicintai
Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple, prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson)
Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.

Gejala Klinis Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya.
Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
Konsentrasi dan daya ingat menurun
Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.
Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun.
Gangguan seksual (libido menurun)
Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.

Tingkat Depresi
Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses  komunikasi social dan rasa tidak nyaman.
Depresi Sedang
Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.
Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung
Depresi Berat
Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.
Gangguan proses pikir
Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

Penatalaksanaan Depresi
Menurut Tomb (2003, hal. 61), semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (missal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama pada periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll). Psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun dipertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala-gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.

Terapi fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yangtidak membaik membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu anti depresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atao MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat yang ertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan dapat mencetuskan episode manic pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua konsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah sembuh dari depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang. Anitdepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan juga tampaknya sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama-sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan antidepresan, litiun atau ECT- antidepresan antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (missal, bunuh diri yang akut)
Pada beberapa depresi psikotik
Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (missal, pasien tua yang berpenyakit jantung). Lebig dari 90% pasien memberikan respons.


Pengkajian
Faktor Predisposisi
Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar monozigote dari dizigote.
Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.
Diawali dengan proses kehilangan terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang   tidak mampu mengekspresikan kemarahan    marah pada diri sendiri.
Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatsi kehilangan.
Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania.
Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali diri, lalu menjdi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian individu timbul dengan keyakinan akan ketidakmampuam mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
Model Prilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
Model Biologis
Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.

Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.

Perilaku dan Mekanisme Koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.


Analisa Data
Data Subyektif
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.


Data Obyektif
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadangkadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolaholah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadangkadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Perkenalkan diri dengan klien
Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat
Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan
Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny
Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, Data Obyektifsis, cara, waktu).
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Tingkat Depresi
Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses  komunikasi social dan rasa tidak nyaman.
Depresi Sedang
Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.
Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung
Depresi Berat
Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.
Gangguan proses pikir
Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-depresi/

















ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DEPRESI





Di susun oleh :
A.Bonifasya
Adelson Devry
Angel Berta Fau
Mega Novaria
Nurmaria


AKADEMI KEPERAWATAN YUKI
JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerahnya makalah yang       berjudul”Askep pada klien dengan depresi” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen. Dalam penulisan makalah ini penulis mengalami hambatan namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Theodora Manurung .,SMIP selaku dosen pembimbing
Orang tua dan saudara-saudari yang telah banyak memberikan bantuan dorongan baik moral maupun material
Rekan-rekan mahasiswa Aper Yuki yang telah membantu memberikan dorongan dan partisipasinya untuk menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dari para pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, semoga isi dari makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa Akademi Keperawatan pada khususnya.
   

Jakarta,  Mei 2012


Penulis

i


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR        i
DAFTAR ISI        ii
BAB  I    PENDAHULUAN         1
BAB II    LANDASAN TEORI
Pengertian         2
Proses terjadianya masalah        2
Tentang respon emosional        2
Patopsikologi        3
Penatalaksanaan depresi        6
Pengkajian        8
Analisa data        9
Diagnose keperawatan        10
Rencana tindakan keperawatan        10

BAB     III KESIMPULAN        13
DAFTAR PUSTAKA        14





1 komentar:

  1. menurut saya, lebih baik tulisannya d perjelas kembali atau backgrounnya d tukar dgn yg laen, agar pembaca bisa membacanya dengan baik n benar.

    BalasHapus