Rabu, 10 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

ASUHAN KEPERAWATAN
 HERPES ZOSTER



Disusun Oleh :
DONISIUS
11010


Akademi Keperawatan
Yayasan Universitas Keperawatan Indonesia

Jakarta
2012




KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat  Tuhan  Yang  Maha  Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Herpes Zoster”.
  Adapun  makalah  ini  dibuat  untuk  memenuhi  tugas  mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III  pada  penyusunan  makalah  ini  penulis  menemukan hambatan,  namun  demikian  hambatan  itu  dapat  diatasi  berkat  bantuan  dari  berbagai pihak  oleh karena  itu   pada  kesempatan  ini  penulis  mengucapkan  terima kasih  yang  begitu  besar  kepada  yang  terhormat:
Riama Marlyn S.Kp, MKep. selaku  dosen pengajar  mata  kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Riama Marlyn S.Kp, MKep. Selaku  direktur   Akademi  Keperawatan  Universitas  Kristen  Indonesia.
Orang  tua  yang  telah  memberikan  dorongan  baik  moral  maupun  materi.
Teman-teman Akademi  Keperawatan  Universitas  Kristen  Indonesia  yang  telah  memberikan  dukungan  dalam  pembuatan  makalah  ini. 
Penulis  menyadari  bahwa  makalah  ini  masih  banyak  kekurangan,  untuk  itu  penulis  mengharapkan  kritik  dan saran  yang  sifatnya  membangun  guna  kesempurnaan  makalah ini.  Semoga makalah ini  berguna  bagi  para  pembaca  khususnya  mahasiswa/mahasiswi  Akademi  Keperawatan Yayasan Universitas  Kristen  Indonesia.

Jakarta, Juni 2012
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsivesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupunganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis. Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yangtelah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada sebelumnya.Hubungan varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay padatahun 1888. ia menemukan penderita anak -anak yang dapat terkena varisela setelahmengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi herpes zoster.Implikasi neurologik dari distribusi lesi semental
herpes zoster diperkenalkanoleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862.
herpes zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama. HerpesZoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yangmenyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelahinfeksi primer.

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Agar  mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien herpes zoster. tujuan khususAgar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian herpes zossterAgar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi herpes zossterAgar mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian klien herpes zosterAgar mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa padaklien herpes zoste
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian herpes zosster
Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi herpes zosster
Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian klien herpes zoster
Agar mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa padaklien herpes zoster
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah mempelajari buku-buku, internet dan sumber lainnya yang berguna untuk mengamati masalah Retardasi Mental

Sistematika Penulisan
BAB I        Pendahuluan
Yang terdiri dari : Latar belakang ,Tujuan , Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II        Konsep Dasar
Yang terdiri dari : Pengertian , Etiologi , Patofisiologi , Komplikasi , Manifestasi klinik , Pemeriksaan Penunjang , Penatalaksanaan , Asuhan Keperawatan.
BAB III    Penutup
        Yang terdiri dari : Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN TEORI

Pengertian
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsivesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupunganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis

Etiologi
Herpes zoster  disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.
Patofisiologi

Virus varicella zoster didapat saat seseorang terkena cacar air dimana virus ini tinggal dalam sistem saraf dan dapat aktif kembali bila pasien mengalami stres berlebih atau penurunan daya tahan tubuh misalnya badan tidak fit. Ini disebut reaktivasi virus.

Biasanya virus varicella zoster pada herpes zoster menyerang bagian kulit, mukosa dan saraf di sebagian tubuh dan hanya satu sisi tubuh (unilateral), kanan atau kiri, sesuai penjalaran dari ujung-ujung saraf. Ruam berkumpul sesuai dermatom saraf.

Herpes zoster dapat menular namun daya penularannya lebih lemah dibandingkan varicella simplex (cacar air). Penularan virus varicella zoster berupa varicella simplex (cacar air) yang dapat berubah menjadi herpes zoster melalui proses reaktivasi virus.

Penularan herpes zoster dapat melalui kontak langsung dengan lesi kulit dan menyebar melalui udara dibarengi dengan daya tahan tubuh menurun. Pada penyakit infeksi virus biasanya orang menjadi kurang fit dan tidak ada nafsu makan sehingga daya tahan tubuh makin rendah sehingga mudah terkena infeksi bakteri.

Komplikasi
Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis,  uveitis,  glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
Herpes zoster diseminata / generalisata
Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
Manifetasi Klinik
Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa). Rasa sakit mungkin ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan kulit terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh dan tidak menyeberangi midline(?). Zoster sine herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali karakteristik ruam.
Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya ruam-ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle (gelembung) akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah. Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan bekas parutan dan perubahan warna kulit.
Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang terlibat. Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus. Hal ini disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal. Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis, keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf wajah ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Penatalaksanaan
1. Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
       2. Pengobatan sistemik
          Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan     replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
a.Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan







c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Subyektif
Demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal, hipenestesi.
Data Obyektif
Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah, dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan penyembuhan berupa sikatrik.
Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat persyarafan.
Paralitas otot muka
Data Dasar :
Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi zoster.
Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan erupsi kulit.
Suhu tubuh meningkat berhubungan dengan infeksi.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenai sumber informasi.


Intervensi
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi zoster.
Tujuan : integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : mewujudkan regenaris jaringan
Intervensi :
Antisipasi dan gunakan tindakan pencegahan resiko keruysakan kulit.
Kaji nutrisi
Kaji permukaan kulit dan daerah-daerah yang menonjol secara rutin.
Bantu penggunaan topikal.
Perubahan ketidaknyamanan berhubungan dengan erupsi kulit.
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa nyaman.
Intervensi :
Berikan tempat tidur yang nyaman
Instruksikan tindakan relaksasi
Kurangi kebisingan
Bantu dalam mengubah posisi.
Suhu tubuh meningkat berhubungan dengan infeksi.
Tujuan : suhu  tubuh stabil
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan suhu tubuh dalam batas normal
Tidak mengalami komplikasi
Intervensi :   
Pantau suhu tubuh pasien
Berikan kompres hangat
Berikan anti piretik
Berikan anti biotik
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan : toleransi aktivitas terpenuhi
Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam aktivitas
Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian-bagian tubuh.
Intervensi :
Kaji segala nyeri
Catat respon pasien untuk mengubah kemampuan
Rencanakan aktivitas dengan periode istirahat adekuat sesuai kebutuhan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenai sumber informasi.
Tujuan : pasien tahu tentang penyakitnya
Kriteria hasil :
Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatannya
Melakukan perubahan pola hidup
Intervensi :
Memberikan penjelasan kepada pasien
Diskusi perawatan kulit
Identifikasi sumber komunikasi
Kaji sumber yang tepat untuk perawatan pasien rawat jalan
   
DAFTAR PUSTAKA

Brunner Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Penerbit   EGC,Jakarta.
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit.Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Graham Brown , Robin dan Tony Burn. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Price, sylvia A dan willson, loraine M. (2006).patoisiologi konsep klinis proses proses penyakit . Jakarta :EGC Brunner dan suddarth. (2006).














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
                Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsivesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupunganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis. Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yangtelah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada sebelumnya.
           Herpes zoster  disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Biasanya virus varicella zoster pada herpes zoster menyerang bagian kulit, mukosa dan saraf di sebagian tubuh dan hanya satu sisi tubuh (unilateral), kanan atau kiri, sesuai penjalaran dari ujung-ujung saraf. Ruam berkumpul sesuai dermatom saraf.
           Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa).





      
      
      
   
DAFTAR ISI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar